Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Anto (Tak) Suka Hujan

Gambar
Hujan di pagi hari. Anto menjinjing sepatu ke sekolah. Sepulang sekolah, bukunya masih basah meski ia sudah di rumah. Anto tak suka hujan. Hujan turun lagi saat Anto bermain. Larinya terasa berat, laju bola terhambat. Lapangan becek, bajunya lepek. Anto tak suka hujan. Hujan deras membanjiri kota. Ayah ibunya terbaring. Mereka terkilir usai terseret arus banjir. Anto tak suka hujan. Hujan kembali turun. Anto ke luar, hujan ditantang. Berdiri di tepi jalan menawarkan payung merah di tangan. Anto bocah berpayung merah kini mencari uang. Anto bocah berpayung merah. Basahnya bukan hanya karena hujan, tapi juga peluh lelah. Payung merah ia genggam lemah. Ia masih menjemput receh meski terengah. Anto bocah berpayung merah. Ia menyesali air hujan yang mulai naik. Payung ditutupnya tanpa marah. Ia sadar ini saatnya mentari kembali terik. Anto bocah berpayung merah. Berharap hujan datang setiap hari. Langit terang mengundang resah. Ia khawatir keluarganya tak makan lagi

Rumput yang Baru

Gambar
Ini bukan perkara rumput siapa yang lebih hijau. Rumputmu hijau, rumputku pun hijau. Selama dirawat rumput akan tetap hijau. Aku merawat rumputku dengan baik. Santai, aku tak sedang paceklik. Ini bukan pula soal tidak bersyukur apalagi kufur. Nikmat-Nya terlalu nyata untuk diabaikan mata. Bahagiaku lebih dari cukup. Saat ada yang tak bisa kuraih, Allah mengganti lebih. Tenang, aku tak sedang bersedih. Ini soal peningkatan, pengembangan, dan perbaikan. Sama seperti rumput yang terus tumbuh, aku juga ingin tumbuh. Jika diam berarti mati, maka hidup perlu bergerak. Padang rumputku jutaan kali sudah kutinggali jejak. Jika bisa mengelilinginya dengan mata tertutup, masih kah itu terhitung gerak? Bersyukur bukan berarti hanya tidur. Menganggurkan nikmat-Nya yang lain, tidak kah itu tergolong kufur? Aku butuh padang rumput baru. Tanah-Nya masih banyak. Padang rumput baru akan kugarap. Demi  menggerakkan hidup dan menghidupkan gerak.

Saya Berasal dari [Tempat yang Ingin Aku Kunjungi Kembali]

Sepanjang minggu ini aku hepi karena seminggu yang lalu Persib Bandung jadi juara ISL setelah 19 tahun puasa gelar. Iya, Persib Juaraaa! :'D Buat gue yang mengidolakan Persib dari jauh kemenangan ini luar biasa membahagiakan, apalagi bagi orang-orang yang emang lahir atau tumbuh di Bandung, kotanya Persib. Nggak heran kalau kemenangan ini dirayain meriah sama rakyat Bandung. Ngomong-ngomong soal Bandung, Bandung adalah kota yang selalu pingin gue kunjungi. Dari dulu, tiap kali gue ditanya tentang kota mana yang paling mau gue kunjungi jawaban gue cuma Bandung. Gue bukan orang Bandung -cuma keturunan Sunda, nggak pernah tinggal di sana, nggak punya keluarga di sana, dan nggak pernah punya kenangan apapun di Kota Kembang itu. Alasan gue selalu pingin ke Bandung ya cuma satu: Persib Bandung. Gue mengidolakan Persib sejak kelas lima. Kelas lima pertama kalinya gue nonton pertandingan sepak bola Indonesia dan  gue langsung suka sama Persib. Sukanya gue sama Persib berbarengan den

Dia itu...

Seorang yang kukenal di bangku SMA (tepatnya beberapa bulan sebelum masuk SMA) ini adalah makhluk yang mandiri. Masak sendiri, makan sendiri, nyuci baju sendiri, jalan-jalan sendiri. Apa-apa dan ke mana-mana sendiri pokoknya. Ditambah dengan keberanian yang dimiliki, dia siap sendirian menyusuri dunia baru sekalipun. Tsaah mandiri atau jomblo, Mbak? Eits, dia nggak jomblo lho. Itu dia. Kasian pacarnya, kadang. Irit cerita saat ada masalah mungkin jadi keahliannya. Penyembunyi ulung. Kesannya sih kuat, tapi sebenernya... Dia nggak akan sembarang curhat minimal sampai dia nemuin sendiri setitik pencerahan. Kalo udah ada setitik pencerahan yang sebenernya belum mencerahkan alias bikin dia jadi dilema harus memutuskan, baru deh dia cerita ke orang yang bener-bener dia percaya.  Orang-orang terpilih itu bakal dia mintain pendapat dulu sebelum dia ambil tindakan. Pada dasarnya dia selalu mikir mateng-mateng sebelum bertindak, tapi dia sering ragu sama pemikirannya sendiri dan malah lebih