Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Waktu Semula

"Hanya masalah waktu dan semua akan kembali seperti semula, seperti tak ada masalah" Satu kalimat itu, yang tak sengaja terbaca pagi ini, seketika merobohkan pertahananku. Pertahanan yang kupaksa kokoh sejak beberapa tahun lalu demi menutupi satu gambaran masa lalu yang menurutku kelam. "Memaafkan bukan berarti melupakan". Itulah salah satu bahan pertahananku. Apa benar maafku jika melupakan saja tak mampu? Apa benar maafku jika dadaku sesak hanya karena membaca kalimat di atas? Pertahanan yang kubuat tak lain hanyalah sebuah penolakan dan penyangkalan. Menolak bahwa aku pernah mengalami hal itu dan menyangkal bahwa aku seorang pendendam yang tak bisa memaafkan. Tapi, bukankah memaafkan memang bukan berarti melupakan? Cukup. Buang bahan itu sekarang. Beri aku waktu. Bukan, bukan untuk memperkuat dan mempertinggi pertahananku. Beri aku waktu untuk menerima hal itu sebagai pengalaman yang membantu kita melewati tahap perkembangan. Beri aku waktu untuk mengikhlas

Lima Menit Bisa Apa?

Guling-guling di tempat tidur buat tidur lagi? Megang handuk dan ngelamun di depan kamar mandi? Milih satu dari sederet baju yang ada di lemari? Berdiri depan cermin ngatur poni biar nggak berspasi? Ngomel di depan laptop akibat lambatnya koneksi? Bolak-balik baca daftar menu kiri-kanan-kiri? Basmi lapar dengan masak indomie? Ngeringin setumpuk pakaian dengan mesin cuci? Buka jalan jadi artis dengan ikut audisi? Bikin orang ketawa lewat komedi sambil berdiri? Ningkatin penjualan lewat iklan di TV? Ngasih tausyiah sebelum beduk azan magrib berbunyi? Nyerang balik, nyetak gol, dan jadi seri? Beribadah mendekatkan diri pada Illahi? Dapat 40% nilai Pelatihan II dengan presentasi di depan penguji? (iya, ini curahan hati) Semua itu bisa terjadi dalam lima menit. Lima menit bisa berarti banget atau malah basi banget. Kamu yang pilih bagaimana lima menitmu diisi. Lima menit bisa apa? Yang pasti, bisa buat baca postingan ini. ;)

Garam

Terasa meski wujudnya tak ada Baru disadari jika rasanya pergi Luka bersih dengan membuat perih Dieksploitasi, lalu orang darah tinggi Bermanfaat tak perlu terlihat Bermanfaat kadang dituduh jahat Bermanfaat jika porsi tepat Garam penyedap rasa Garam penyembuh luka

Mati Terhakimi

Pagi Berlomba dengan matahari Dulu-duluan menyapa bumi Bukan ayam pematok rejeki Tapi ratusan orang yang naik metromini Aku berlari untuk kursi Sebut aku tak tahu diri Naik bus itu duduk, bukan berdiri Siang Kerja kejar tayang Yang penting bos senang Kerja kejar tayang Yang penting sempat makan rendang Lepas lapar kenangan datang Tak apa konsentrasi hilang Kan kerja kejar tayang esok masih bisa diulang Sore Secangkir kopi di kafe Sepiring somay tanpa pare Abadikan dengan kamera hape Apa pun yang terlihat hore Demi 'like' di FB Meski aku jadi kere Malam Pulang di atas jam enam Sikutku masih tajam Apa itu senyum sapa salam Asal di bus mata terpejam Selanjutnya biar kasur menelan tubuhku yang remuk redam Malam pergi, pagi kembali Silakan baca dari atas lagi Kurang empati! Tak punya mimpi! Hidup tanpa esensi! Begitu komentarmu sembunyi-sembunyi Malam pergi, pagi tak kembali Tak ada yang bisa kau baca lagi

Kursi Pesakitan

Gambar
"Ayah, kursi pesakitan itu apa sih? Kenapa namanya pesakitan?" "Apaan sih anak kecil sok baca koran. Sini! Kursi pesakitan aja nggak tau. Kursi pesakitan itu kursi yang bikin sakit. Keras, tajem. Sakit deh pokoknya kalo duduk di situ." Kau tersenyum pada kami. Berarti Abang benar? Kupikir karena kursinya keras. "Waktu kita tinggal satu hari, kau belum berhasil membujuknya? Bilang saja malam ini aku kena serangan jantung ya." "Pesakitan..pesakitan adalah orang yang terkena hukuman; terdakwa. Oh! Kalo gitu kursi pesakitan artinya..akh sebel dulu aku percaya aja lagi diboongin sama abang! Awas kamu, Bang!" Kau tertawa terbahak-bahak. Kali ini aku yang benar. Kupikir karena kursi itu untuk terdakwa. "Kau bilang kau bisa diandalkan, tapi kenapa bukti-bukti itu masih ada?? Tolong bawa aku ke rumah sakit." "Mentang-mentang udah SMP, berani ngambek ya sekaraang. Aku minta maaf deh. Yang penting